Top Ads

Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing


Pendidikan tidak dapat dinafikan menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan nasional. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Indonesia memiliki karakter yang kaya dengan perbedaan, sekaligus memiliki toleransi yang tinggi, dalam menciptakan semangat persatuan yang kokoh. Melalui pembangunan pendidikan nasional, telah tumbuh semangat persatuan yang menjiwai keanekaragaman kepentingan budaya, sosial bahkan politik. Pembangunan pendidikan yang memahami keragaman ini dapat menjadi sumber kekuatan untuk melebur perbedaan-perbedaan di dalam mewujudkan rasa kebangsaan yang kokoh.

Selaras dengan pendekatan pemberdayaan yang diterapkan, monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pihak internal dan eksternal. Evaluasi internal mendorong satuan pendidikan, daerah (Dinas Pendidikan dan Bawasda), dan pusat (Ditjen/Direktorat, dan inspektorat) untuk memantau dan mengevaluasi diri sendiri sehingga makin mengenal dirinya. Evaluasi eksternal dilakukan oleh unsur independen, misalnya perguruan tinggi atau unsur lain yang independen.

Mengingat mutu dan peningkatan pendidikan diukur berdasarkan indikator yang telah ditentukan, maka perlu disusun instrumen untuk mengukur peningkatan tersebut. pada tingkat satuan pendidikan, tingkat daerah dan tingkat nasional. Pengembangan instrumen perlu dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan (sistematik dan sistemik), yaitu dengan melibatkan semua komunitas satuan pendidikan, kantor Dinas, dan kantor Pusat. Pelibatan semua pihak dilakukan dalam mendeskripsikan mutu yang ingin dicapai dan indikator peningkatannya menguji-cobakannya, memfinalkannya, dan menggunakannya untuk mengumpulkan data, serta selanjutnya dalam memvalidasi hasill analisisnya. Dengan demikian, mutu dipandang sebagai keyakinan pelaksana program sebagai pemangku kepentingan internal dan juga pemangku kepentingan eksternal. Jadi, semua pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal, terlibat aktif dalam pengembangan instrumen pengukuran mutu dan daya saing.

Semua informasi tersebut perlu tersedia bagi semua pihak yang berkepentingan secara objektif tanpa distorsi atau bias. Untuk itu, semua informasi mutu disajikan dalam sistem informasi terpadu yang dengan mudah dapat diakses oleh siapapun yang memerlukan. Sistem tersebut dibangun dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Di samping itu, harus pula disajikan deskripsi indikator tingkatan mutu dan daya saing pada kondisi yang ada, yang berkenaan dengan: (a) hasil yang telah dicapai sampai perencanaan disusun, (b) keluaran, (c) proses, dan (d) asupan. Dengan membandingkan tataran indikator kondisi yang ada dan yang dicita-citakan, akan diperoleh kesenjangan antara keduanya, dan itu mencerminkan kebutuhan akan program yang tepat untuk menutup kesenjangan tersebut.

Untuk mendukung mutu pendidikan nasional, pemerintah melalui Ditjen Mandikdasmen memprioritaskan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan termasuk melalukan rehabilitasi sekolah-sekolah yang dianggap tidak layak lagi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam konteks peningkatan daya saing, pemerintah juga mendorong berkembangnya pendidikan kecakapan hidup yang merupakan salah satu kegiatan strategis dalam peningkatan mutu dan relevansi yang konsepnya diselaraskan dengan kebutuhan peserta didik, terutama kebutuhan pasar kerja. Secara spesifik, pemerintah juga mendorong pembangunan atau pengambangan sekolah-sekolah yang berbasis pada keunggulan lokal. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing dalam pembangunan pendidikan nasional akan memberikan dampak luas pada terwujudnya eksistensi insan-insan Indonesia yang lebih mandiri dan mampu bersaing di dalam konteks pergaulan yang makin global. Di samping itu, juga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam arti yang luas.

Peningkatan mutu pendidikan misalnya dapat dilihat dari terjadinya peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kemanusiaan yang meliputi: 1) peningkatan ketakwaan, keimanan; 2) berkembangnya wawasan kebangsaan; 3) terbentuknya keperibadian nasional yang tangguh, dan 4) pencapaian prestasi akademik mapun non-akademik. Adapun peningkatan revansi dapat diukur dari kesesuaian apa yang dipelajari di sekolah dengan tuntutan masyarakat dan lapangan kerja, serta kemampuan anak-anak bangsa ini dalam beradaptasi terhadap perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global.

0 komentar:

Posting Komentar